Entah
mengapa sebuah kalimat yang saya dengar di radio sewaktu saya masih di SD atau
SMP masih menggumpal dikepala ini, kurang labih begini "Menurut seorang
psikolog, jika kita punya masalah, cobalah membantu sahabat atau orang lain
yang sedang dirundung masalah", kemudian lanjut penyiar itu "Bila
kita mau menyempatkan menolong orang lain maka biasanya kita akan menemukan
jalan keluar dari masalah diri ini"
Sejak saat
itu, diri yang merasa penuh dengan masalah ini, 'Mencari' orang yang bermasalah
dan mencoba untuk melakukan sesuatu, dan memang berkali-kali saya menemukan
solusi atau paling tidak sebuah kelegaan
.
Ini memang
terlihat paradoks, dulu saya berpikirnya keluar, yang kurang lebih seperti ini,
"Masa ketika kepala sakit-sakitnya malah mijitin orang lain", atau
"Masa kantong lagi kering-keringnya malah minjemin uang" namun
semakin kita masuk lebih dalam menjelajah bathin, kita akan melihat fenomena
keterbalikan ini.
Pada etos
Ramayana, inilah yang dilakukan Rama dalam perjalanannya ke Alengka mencari
Shinta, belahan jiwanya yang diculik Rahwana.
Rama
membantu Sugriwa untuk mendapatkan istrinya yang diambil paksa oleh kakak
kembarnya Subali.
Prinsip
paradoks inilah yang membawa saya melakukan olahraga/ yoga selagi perut di
puncak keroncongan menjelang maghrib selama bulan Ramadhan ini.
Perlu
diingat, olaraga atau Yoga di sini bukan dimaksudkan untuk mengalihkan rasa
lapar, sebaliknya saya merasakan dan mendengarkan lambung yang berteriak minta
makan serta tenggorokan yang minta air.
Inilah
rahasianya, kita perlu mendekap sampai rasa yang sebelumnya tidak nyaman, yang
hadir karena penolakan kita, menjadi teman yang tidak menggangu.
Kita masih
tetap merasakan lapar dan haus namun semuanya itu tidak membuat kita menderita.
Sama halnya
dengan semua kekacauan pikiran atau bathin kita, duduklah dengan kekacauan itu,
duduk dan selami dan dengan sabar sadari semuanya itu, bahkan kita tidak perlu
memikirkan solusi, beri kepercayaan pada kesadaran bukan logika untuk memimpin
dirimu.
Kalimat
Khalil Gibran "Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa
semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan" perlu ditambahkan sebuah
syarat, syarat itu adalah kita perlu merawat goresan yang ada, bukan
membiarkan, mengalihkan atau tidak dirasakan, sebaliknya kita perlu merasakan
bahkan merayakan kehancuran hati seperti yang ditulis oleh Chin Ning Chu di
bawah ini.
Berbahagialah
dan rayakan setiap kali hati anda hancur.
Hanya saat hati anda hancur, cahaya depat masuk.
Hanya saat hati anda hancur, cahaya depat masuk.
Baru setelah
anda merasakan dukanya penderitaan anda dapat tahu bagaimana orang lain
menderita.
Inilah
tempat anda memahami empati.
Inilah saatnya orang lain dapat melihat ke dalam mata anda, jendela jiwa dan melihat bentuk, kearifan, rasa kasih dan pemurnian kembali.
Setelah
merasakan kehancuran hati, anda akan menjadi lebih cantik dan menarik bagi
dunia.
Karya : Gobind Vashdev (heartworker)
Sumber Foto : Majelis Tausiah Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar